Subulussalam, 6 Juli 2025 | Letkol Inf Un Wahyu Nugroho bukan sekadar sosok militer berwibawa; ia telah menempatkan hatinya di tengah denyut nadi masyarakat Kota Subulussalam. Selama menjabat sebagai Komandan Kodim 0118/Subulussalam, ia mencurahkan energi untuk membangun kebersamaan sekaligus memberdayakan warga melalui serangkaian program yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan mereka.
Mengenakan seragam loreng, Letkol Wahyu selalu tampil bersahaja. Sering kali masyarakat melihatnya hadir di acara hajatan: dari khitanan anak kampung hingga resepsi pernikahan, tanpa sekat protokoler. Gedung serba guna desa, rumah tokoh adat, atau lapangan terbuka, semua menjadi panggung keakraban beliau dengan warganya. Gestur sederhana—seperti menyapa anak-anak dan menyalami para orang tua—menjadi bukti nyata kedekatan dan kehangatan yang dipupuknya.
Dari semua program yang ia dorong selama menjabat, inisiatif paling berdampak adalah Program Bedah Rumah. Diluncurkan sejak awal tahun 2024, program ini menyasar keluarga-keluarga prasejahtera di lima kecamatan, yakni Penanggalan, Rundeng, Sultan Daulat, Longkib, dan Simpang Kiri. Dengan kolaborasi antara Kodim 0118, Pemerintah Kota Subulussalam, dan donatur lokal, tercatat sebanyak 120 unit rumah berhasil direnovasi total. Rumah-rumah yang sebelumnya beratapkan seng bocor dan berdinding papan rapuh kini berdiri kokoh dengan fondasi beton dan atap permanen. Selain itu, sebanyak 30 unit rumah semi-permanen juga diubah menjadi bangunan layak huni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Program ini tidak berhenti pada perbaikan fisik. Ada pendekatan sosial dan edukatif yang turut dilakukan. Kodim melibatkan psikolog TNI untuk memberikan pelatihan dasar kebersihan dan kesehatan lingkungan bagi penghuni rumah. Beberapa tenaga teknis lokal juga dilibatkan dan dilatih dalam program ini, sehingga di tiap desa muncul tenaga mandiri yang mampu meneruskan pekerjaan renovasi untuk rumah-rumah lain.
Kini anak-anak dapat belajar dengan nyaman di rumah, dan para orang tua tak lagi cemas menghadapi musim hujan. Ibu Marlina, warga Gampong Rundeng, mengaku sangat terbantu dengan rumah barunya. “Dulu kalau hujan kami basah di dalam rumah. Sekarang, Alhamdulillah, anak-anak bisa tidur nyenyak tanpa takut,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Dampak program ini bukan hanya dalam bentuk bangunan. Banyak kepala keluarga yang terdorong membuka usaha kecil seperti warung kopi atau toko kelontong di depan rumah. Dengan rumah yang layak, mereka punya keberanian memulai sesuatu yang dulu tak mungkin mereka bayangkan. Lingkungan juga berubah. Di beberapa desa, warga kini aktif menjaga kebersihan, memperbaiki got bersama, dan bahkan membentuk kelompok swadaya demi menjaga fasilitas yang telah dibangun.
Di sisi lain, Letkol Wahyu juga menaruh perhatian besar pada regenerasi militer dari putra daerah. Ia secara langsung membuka ruang dan memberikan peluang bagi pemuda-pemudi Subulussalam untuk mengikuti seleksi Calon Prajurit Tamtama melalui jalur Secata PK TNI AD Tahun 2025. Sosialisasi dilakukan dari desa ke desa, menjangkau lebih dari 500 pemuda potensial. Pendaftaran dibuka tanpa pungutan biaya. Kodim pun menyelenggarakan pelatihan persiapan fisik seperti lari, push-up, dan sit-up, serta membina kemampuan akademik dasar dan mental spiritual calon peserta.
Bahkan pembinaan psikologi dasar juga diberikan, agar para calon prajurit memiliki kesiapan mental menghadapi proses seleksi. Letkol Wahyu secara pribadi sering memberikan pengarahan, motivasi, dan menyampaikan pesan agar para peserta bersaing dengan jujur dan percaya pada kemampuan sendiri.
Juni 2025 menjadi momen yang membanggakan. Kodim 0118/Subulussalam menggelar upacara korp raport masuk satuan bagi empat orang prajurit baru asal Subulussalam dan menyambut 28 tamtama lulusan pendidikan dasar TNI AD, semuanya adalah putra asli kota ini. Suasana penuh haru dan bangga terasa saat para orang tua menyaksikan anak-anak mereka berdiri tegak dalam balutan seragam loreng—sebuah lambang keberhasilan dan kebanggaan daerah.
Namun seperti roda yang terus berputar, masa jabatan Letkol Wahyu pun telah berakhir. Ia secara resmi menyerahkan tongkat komando kepada Letkol Inf Eko Yudho Prayitno. Meski kepemimpinan berganti, program-program yang telah dibangun tidak lantas berhenti. Pemerintah Kota Subulussalam dan unsur Forkopimda sepakat untuk meneruskan dan memperluas cakupan program bedah rumah ke desa-desa yang belum tersentuh. Program pembinaan rekrutmen prajurit TNI AD pun dilanjutkan dengan semangat yang sama.
Warga Subulussalam mengenang Letkol Wahyu sebagai sosok yang tak sekadar hadir memberi instruksi, melainkan benar-benar turun tangan membantu dan menginspirasi. Dalam benak mereka, Letkol Wahyu adalah figur pemimpin yang bekerja dalam diam namun meninggalkan jejak yang keras dan jelas. Dari rumah-rumah sederhana yang kini berdiri tegak, dari pemuda-pemuda desa yang kini menjadi prajurit, pengaruh kepemimpinannya tetap hidup—meski beliau tak lagi menjabat. (Syahbuddin Padank)