Takalar – kriminal24.com | Peristiwa memilukan terjadi di SDN Benteng, Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar. Seorang siswi kelas IV menjadi korban kekerasan fisik yang diduga dilakukan oleh teman-teman sekelasnya. Kasus ini mencuat akibat kelalaian pihak sekolah dalam pengawasan, minimnya pengamanan, serta lemahnya disiplin terhadap siswa-siswi di lingkungan sekolah pada hari jum’at 18/juli 2025.
Sriwahyuni, Kepala Sekolah SDN Benteng, saat dikonfirmasi oleh awak media di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar, menyatakan bahwa dirinya tidak mengetahui adanya kejadian kekerasan di sekolah yang dipimpinnya. Ia berdalih tidak menerima laporan apa pun dari korban maupun guru-guru terkait peristiwa tersebut.
“Sejauh ini tidak ada laporan kekerasan dari siswa maupun guru. Saya juga baru tahu setelah dikabari media,” ujarnya singkat.
Namun, berbeda dengan penuturan pihak sekolah, orang tua korban menyampaikan bahwa putrinya sudah lama mengalami perundungan (bullying) dari teman-teman sekelas. Akibat tekanan psikologis dan kekerasan fisik yang dialami, korban memilih diam dan tidak berani melapor.
“Anak saya cerita kalau dia terus-menerus dibully, bahkan sampai disakiti. Saya khawatir dan sangat prihatin. Kalau seperti ini terus, lebih baik anak saya tidak usah sekolah daripada menderita di sana,” ungkap orang tua korban dengan nada sedih.
Mereka mendesak agar pemerintah, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar, turun tangan memberikan sanksi tegas kepada pihak sekolah. Menurutnya, kasus seperti ini sering terjadi karena adanya pembiaran dan tidak adanya sistem perlindungan yang memadai bagi siswa.
“Bullying terjadi karena tidak ada tindakan pencegahan. Harusnya sekolah membentuk Satgas Perlindungan Anak dan menjadikan itu sebagai komitmen. Kalau perlu, kepala sekolahnya dicopot jika terbukti lalai,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Takalar terkait langkah yang akan diambil atas kasus ini. Masyarakat berharap agar peristiwa ini menjadi perhatian serius agar kejadian serupa tidak terulang di sekolah-sekolah lainnya. (*)








































